لو كان بيننا الحبيب لدنا القاصي والقريب من طيبة قبل المغيب طالباً قرب الحبيب في قربه النفس تطيب تدعو الله فيجيب أنوار طه لا تغيب بلغنا لقاه يا مجيب فدتك روحي يا حبيب محمد مكرم الغريب بقربك الروح تطيب يا رحمة للعالمين * * * Nasheed Lyrics : low can bainana alhabeeb la dana alqassi wal qareeb men taibateen qabl al mageeb taleeban qurbal habeeb fi qurbeehi anafsu tateeb wa tad'u allaha fa yogeeb anwaar taha la tagheeb baleeghna leeqahu ya mugeeb fadatka roohi ya habeeb mohamadun mukreemal ghareeb be qurbeeka arroho tateeb ya rahmatan lilalameen |
kalaulah Al-habib (nabi muhamad) ada diantara kita..
maka akan hampir kepadanya samada yg jauh atau yg dekat
drpada taibateen sebelum ia lenyap..
mengharapkan hampir dengan habeb...
hampir denganya jiwa jd elok..
jika engkau berdoa pasti diperkenankan..
cahaya Taha ( Nabi Muhamad ) tidak pernah lenyap
pertemukanlah kami denganya Wahai Penerima doa
aku gadaikan nyawaku wahai habeb ( nabi)
muhamad yg memuliakan gharib ( org yg jauh/ tidak dikenali)
berhampiran dengan mu jiwa jd elok..baik
wahai yg diutuskan sebagai rahmatan lillalamin
p/s : sama sama muhasabah diri, manusia zaman sekarang rasa terbeban dengan masalah kecil, tapi Rasulullah luka ketika perang, di baling batu dan sampah, di hina, kena caci masih rasa bersyukur. Baginda contoh manusia terbaik. Jayyidun uswatun hasanah. That's only i can say. Syukur, ikhlas, sabar dan redha. Belajar dari Rasulullah. :)
Dari cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Al Hasan bin ‘Ali, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
“Tinggalkanlah yang meragukanmu dan beralihlah pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.”[1]
دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
“Tinggalkanlah yang meragukanmu dan beralihlah pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.”[1]
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasehatkan pada Wabishoh,
اسْتَفْتِ نَفْسَكَ ، اسْتَفْتِ قَلْبَكَ يَا وَابِصَةُ – ثَلاَثاً – الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ ، وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِى النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِى الصَّدْرِ وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ
“Mintalah fatwa pada jiwamu. Mintalah fatwa pada hatimu (beliau mengatakannya sampai tiga kali). Kebaikan adalah sesuatu yang menenangkan jiwa dan menentramkan hati. Sedangkan kejelekan (dosa) selalu menggelisahkan jiwa dan menggoncangkan hati.”[5]
اسْتَفْتِ نَفْسَكَ ، اسْتَفْتِ قَلْبَكَ يَا وَابِصَةُ – ثَلاَثاً – الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ ، وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِى النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِى الصَّدْرِ وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ
“Mintalah fatwa pada jiwamu. Mintalah fatwa pada hatimu (beliau mengatakannya sampai tiga kali). Kebaikan adalah sesuatu yang menenangkan jiwa dan menentramkan hati. Sedangkan kejelekan (dosa) selalu menggelisahkan jiwa dan menggoncangkan hati.”[5]
Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah menjelaskan, “Hadits Wabishoh dan yang semakna dengannya menunjukkan agar kita selalu merujuk pada hati ketika ada sesuatu yang merasa ragu. Jika jiwa dan hati begitu tenang, itu adalah suatu kebaikan dan halal. Namun jika hati dalam keadaan gelisah, maka itu berarti termasuk suatu dosa atau keharaman.”[6] Ingatlah bahwasanya hadits Wabishoh dimaksudkan untuk perbuatan yang belum jelas halal atau haram, termasuk dosa ataukah bukan. Sedangkan jika sesuatu sudah jelas halal dan haramnya, maka tidak perlu lagi merujuk pada hati.
1) HR. Tirmidzi no. 2518 dan Ahmad 1/200. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
5) HR. Ad Darimi 2/320 dan Ahmad 4/228. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini dho’if. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan lighoirihi. Lihat Al Irwa’ no. 1734.
6)
[6] Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hambali, Darul Muayyid, hal. 304.
[6] Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hambali, Darul Muayyid, hal. 304.
(petikan muslim.co.id)
I want him be among us.... Allahumma solli ala muhammad s.a.w,
No comments:
Post a Comment